Page 40 - MEDIAJAYA EDISI 7 TAHUN 2020
P. 40
Tahukah Anda? Stasiun Jatinegara pernah menjadi stasiun paling ramai di
Jakarta Timur. Dari sini, penumpang memulai tujuannya ke
berbagai tempat. Sebagai salah satu stasiun tua yang
Stasiun Jatinegara masih beroperasi hingga saat ini, Stasiun Jatinegara
menyimpan sejumlah fakta menarik. Di antaranya.
KULINER
dan gula merah yang berasal dari
40 Lampung,’’ ungkap Nelly.
Urusan kuah cuko ini yang mem- Pempek Modifikasi
buat ketagihan pelanggan setia Pem-
pek Garuda. David yang berasal dari Makanan Tionghoa
Jambi dan kini dinas di Jakarta men-
gaku selalu mampir ke sana jika le-
wat ke Jalan Garuda. “Kalau saya le-
wat sini, pasti makan di sini. Karena empek sudah kadung menjadi dimanfaatkan secara maksimal. Stasiun ini mulai beroperasi Setiap harinya dilewati sekitar 350
rasa ikan tenggirinya khas. Rasa khas Pmakanan khas kota Palem- Pada waktu itu ikan sebatas dig- sejak Juni 1872. Hampir dua kereta api yang menghubungkan kota
cukanya juga ngangenin. Pedas dan bang. Tidak heran bila, di di se- oreng biasa dan dipindang saja. abad. Jakarta ke semua jurusan di Pulau
asamnya juga pas,” kata David yang antero Palembang, Anda bisa den- Dia pun kemudian mencoba Jawa.
menggunakan seragam lorengnya. gan mudah menemukan warung alternatifpengolahan lain. Dag-
Menurut David, harga Pempek Ga- yang menjual makanan olahan ikan ing digiling dan dicampur dengan
ruda yang dipatok antara Rp 7.500- tersebut. Anda tinggal memilihnya tepung tapioka. Sehingga, meng- Ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun ini menampilkan rancangan
20.000 per porsi terjangkau kantong- sesuai selera. Mau di restoran resik hasilkan makanan baru. Kemudian Stasiun Cagar Budaya arsitektur dengan gaya peralihan
nya. “Buat saya, terjangkau. Tidak dengan pendingin ruangan, hingga untuk memperkenalkan produknya, Berdasarkan Minister of antara Indische Empire dengan gaya
mahal dan tidak murah. Sedang-se- warung pinggir jalan. dia menjajakannya dengan sepeda
dang saja. Lagian tempat makannya .Konon, pempek ada sejak keliling Palembang. Tourism No. 011/M/1999, 12 Kolonial Modern, yaitu gaya arsitektur
juga nyaman dan bersih. Tidak terlalu perantauan Tionghoa datang ke Masyarakat menyakini nama Januari 1999; dan SK Eropa yang mencoba menyesuaikan
mewah tapi tidak kumuh,’’ kata David Palembang. Itu terjadi pada abad pempek atau empek-empek beras- Menbudpar No: diri dengan kondisi lingkungan di
yang memesan pempek kapal selam. ke 16 saat Sultan Mahmud Bada- al dari sapaan untuk lelaki tua etnis PM.13/PW.007/MKP/05, 25 Indonesia.
Mengenai kedai pempeknya, Nel- ruddin II berkuasa di Kesultanan Tionghoa itu, apek atau pek-pek April 2005.
ly memang sengaja ingin memberi- Palembang Darussalam. yang menjajakan pempek di sekitar Pada masa pemerintahan Belanda,
kan kenyaman untuk pengunjung yang Berdasarkan cerita rakyat seki- Palembang. Sepertinya, ada bena-
menikmati pempeknya. “Kalau tem- tar 1617 silam, seorang kakek dari rnya, kalau pempek merupakan stasiun ini bernama Staats
patnya terlalu bagus, kuatir disangka etnis Tionghoa yang berusia 65 ta- adaptasi dari makanan Tionghoa Pada tahun 1925 mulai Spoorwegen (SS). Sebelum
mahal. Orang kan jadi malas mampir,” hun prihatin dengan melimpahnya seperti bakso ikan, kekian atau pun dioperasikan kereta listrik yang kemerdekaan dikenal sebagai Stasiun
sergahnya. ikan di Sungai Musi, tapi belum ngohiang. yen menghubungkan Jatinegara Meester Cornelis dan setelah merdeka
yen 1925 namanya menjadi Stasiun Jatinegara
dengan Tanjung Priok dan
Manggarai. yang dipakai hingga saat ini.