Page 40 - Mediajaya Edisi 1 Tahun 2020
P. 40
Tahukah Anda
KULINER
Masjid Lautze Masjid Rasa Vihara
Nama aslinya adalah Masjid Yayasan Haji Karim Oey, tapi
karena berada di Jalan Lautze, Karang Anyar, Jakarta Pusat,
maka masjid ini kondang sebagai Masjid Lautze.
Ornamen masjid ini lebih Lautze sendiri berarti guru
menyerupai Klenteng China dengan dalam bahasa Mandarin
dominasi warna merah, kuning emas
dan hijau, karenanya banyak yang
mengira bahwa masjid ini adalah
40 Vihara
Sop Buntut Cut
Meutia disajikan
dengan kuah bening
serta rasa rempah
yang melimpah di
lidah Masjid ini memiliki Pembangunan masjid Masjid ini didirikan
Foto peran penting dalam mulai dilakukan pada untuk mengenang jasa
Safran H penyebaran Islam di 1991 dan diresmikan Haji Karim Oei atau
kalangan etnis pada 1994 oleh B.J Abdul Karim Oey atau
mampu habis 50 porsi tiap hari yang li. Alhasil, Nurjannah menghentikan berhenti kerja, karena kalau hanya Tionghoa di Jakarta Habibie Oey Tjeng Hien
disuplai langsung dari sini,”katanya. usaha masakan Padangnya dan fokus mengandalkan gaji, uang saya tidak
hanya menjual sup buntut. “Saat itu, cukup untuk membayar rumah sakit
Asal Sop Buntut Cut Meutia bisa menghabiskan hingga dua buntut ibu,”katanya.
sapi per hari,” cerita Ningsih. Kini di tangan Ningsih, usaha Sop
Sop Buntut Cut Meutia, awalnya Buntut sapi didapat dari pemasok Buntut Cut Meutia semakin berkem-
dirintis oleh Almarhumah Nurjannah, di Jakarta. Saat ini, Ningsih mampu bangkan. Tidak hanya di Jakarta, bah-
Ibunda Ningsing, pada 1970. Awal- menghabiskan 50 kilogram buntut kan di seluruh Indonesia dan man-
nya usaha yang dirintis Nurjannah sapi tiap harinya untuk diolah menjadi canegara. Tidak sedikit wisatawan
adalah warung makan yang menyajik- aneka sup buntut lezat. asing mencicipi sup buntut buatannya
an masakan Padang. Selain masakan Ningsih sendiri baru memegang jika berkunjung ke Jakarta.
Padang, Nurjannah juga menyediakan penuh usaha ini pada 1998, saat ibun- Bahkan beberapa orang sengaja
menu sup buntut di warung makannya da Nurjannah jatuh sakit dan tidak membeli untuk dibawa ke negara asal.
saat itu. “Warung pertamanya dibuka bisa lagi berdagang. Sup buntut terlebih dulu dibekukan Haji Karim Oei adalah salah Masjid Lautze juga ada di Setiap Sabtu masjid ini
di pinggir rel kereta Gondangdia,”ujar Ningsih terpaksa keluar dari pe- selama perjalanan. Setelah sampai,
Ningsih. kerjaannya sebagai karyawan di salah sup buntut hanya perlu dipanaskan satu tokoh Tionghoa yang Bandung yang disebut sebagai sengaja di tutup dan di
Belakangan sup buntut buatan satu perusahaan elektronik di Jakar- kemudian dinikmati hangat-hangat. punya jasa besar dalam Masjid Lautze 2 buka kembali pada hari
Nurjannah justru menjadi menu yang ta, dan memilih menggantikan ibunya pergerakan bangsa dan Minggu untuk kegiatan
paling banyak digandrungi pembe- berjualan sup buntut.”Terpaksa saya ros perkembangan Islam di etnis kajian
Tionghoa