Page 22 - JaKita Edisi 04 Tahun 2021
P. 22
2222 DESTINASI JAKARTA
(rombongan) dan tertarik untuk
menonton film secara langsung. Namun,
sejak pandemi COVID-19 berlangsung,
kunjungan sementara dihentikan.
Ketika memandu JaKita untuk melihat
fasilitas yang ada di lantai 4, dia
menyebutkan kalau ketertarikan
masyarakat memang didasari oleh
sejarah perfilman nasional. Bahkan,
sebagai kolektor film nasional, tamu
yang datang bisa berasal dari
mancanegara.
Misalnya saja, ada sebuah film yang
berasal dari era kolonial Belanda dan
dibuat oleh sineas berkebangsaan
Jepang berdarah Korea Selatan. Film
tersebut diburu oleh para peneliti dari
negeri Ginseng tersebut dan disebutkan
sebagai harta karun tak ternilai.
dalam ruangan tersebut terdapat juga piringan
Selain digunakan sebagai ruang kerja hitam salah satu film tertua di Indonesia yang
utama dan studio film, lantai 4 juga diproduksi pada 1934.
menjadi teras utama bagi para tamu
yang sedang berkunjung. Sementara, Film dari era Hindia Belanda itu berjudul Tie Pat
lantai 5 menjadi tempat koleksi poster Kai Kawin atau Siloeman Babi Perang Siloeman
film dan buku-buku berharga dari Monjet dan diproduksi oleh sutradara asli
berbagai era yang berisi tentang film Batavia keturunan Tionghoa, The Teng Cun.
dan ilmu perfilman. Semua disimpan Film tersebut adalah produksi kedelapan Theng
rapi di perpustakaan yang berlokasi di yang dimulai pada 1931.
lantai tersebut.
Seluruh koleksi film tersebut dijaga dan dirawat
Buku-buku tersebut bisa dipinjam oleh dua orang yang memiliki keahlian khusus.
dengan cara disalin halaman yang Walau menyimpan koleksi yang banyak, namun
ingin dibaca. Cara tersebut sudah biasa Sinematek Indonesia masih belum memiliki
dilakukan para peneliti yang datang ke banyak koleksi karya film yang berasal dari
perpustakaan. generasi milenial. Menurut Akhlis Suryapati,
hampir setiap sineas muda saat ini memilih
Puas menjelajahi lantai 4 dan 5, untuk tidak menitipkan salinan filmnya ke
perjalanan dilanjutkan dengan turun ke Sinematek.
lantai bawah tanah. Di sana, ada 2.750
koleksi film dengan teknologi seluloid, Meski demikian, terlepas dari kurangnya
pita analog, pita magnetik, dan format koleksi dari era milenium baru, Sinematek
digital yang tersimpan rapi di dalam Indonesia tetap menjadi destinasi yang wajib
ruang penyimpanan dengan suhu di dikunjungi oleh wisatawan. Keunikan yang ada
kisaran 16 derajat Celsius. di dalamnya, mampu membawa kita kembali
ke masa lalu, saat di mana perfilman nasional
Ruangan tersebut menjadi tempat sedang jaya.
pelestarian karya film yang berasal dari
beragam era, termasuk era sekarang. Di sam
EDISI 4 TAHUN 2021
EDISI 4 TAHUN 2021
Sarana Informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Sarana Informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta