Page 40 - MJ EDISI 6 2019
P. 40
SOSOK
ta (UNJ) ini sempat bolak-balik Subang-Jakarta meng- mengubah stigma negatif terhadap sekolah tersebut.
gunakan angkutan umum. Saat berangkat subuh, dia Setiap pagi, dia bersama beberapa gurunya meman-
akan melihat penumpang sedang membawa TV dengan tau lokasi nongkrong para siswa tersebut. Kemudian, dia
dibalut kain seprei. “Sempat ada rasa was-was juga, teta- memberikan pengarahan kepada para siswa. Dia ingin
pi ya akhirnya terbiasa juga. Saya tuh pergi ke sekolah lebih dekat dengan siswa. Pendekatan yang dilakukan-
selalu subuh,” tutur Asep. nya mengubah sekolah tersebut.
Kebiasaan bangun pagi ini yang masih bertahan Bahkan, dia juga melakukan hal yang sama dengan
hingga sekarang. Dia selalu datang lebih awal di sekolah SMKN 29. Dia membuat peraturan baru agar para siswa
pukul 04.30 WIB. Dahulu, kerabatnya selalu mengang- datang lebih awal dengan memajukan jam masuk seko-
gap sebelah mata pekerjaan guru. Namun, dia mema- lah untuk mencegah siswa nongkrong di lokasi lain.
tahkan anggapan tersebut bahwa pekerjaan guru itu mu- “Kalau dulu siswa-siswa ini sering nongkrong pagi-
lia. pagi di lokasi tertentu. Saya ubah sekarang. Saya ma-
Selain sebagai guru, Asep juga mempunyai perke- jukan jam sekolah dari pukul 7 pagi jadi jam setengah
bunan dan kos-kosan di Subang. Dia juga menjadi pet- enam. Sepagi mungkin agar mereka juga tidak nongk-
ani saat hari libur. Kebiasan bertani ini sudah dilakukan- rong diluar,” jelasnya.
nya sejak dulu. Apalagi, sang ayah merupakan seorang Hal ini dilakukannya agar para siswa itu tidak tawuran
petani. atau melakukan kenakalan remaja lainnya. Kegiatan ini-
lah yang membuat dirinya mampu mengubah sekolah
Ubah Stigma Negatif SMK tersebut.
Ia bercerita tentang seorang anak dari keluarga
Mengemban tugas sebagai Kepala Sekolah yang miskin yang menolak bantuan dari sekolah. Padahal,
dikenal sebagai sekolah tawuran bukan perkara gam- anak itu sudah termasuk dalam daftar sekolah itu untuk
pang. Sebelum menjadi Kepsek SMKN 29, dia per- mendapatkan bantuan pendidikan. Namun, sang anak
nah menjadi Kepsek SMK Negeri 1 Jakarta. Dia ingin menolak bantuan tersebut.
Tak disangka, anak tersebut telah sukses bekerja di
salah satu perusahan swasta. Bahkan, dia telah menjadi
seorang pengusaha. “Kalau sukses itu telah ditentukan
oleh Tuhan. Kita enggak tahu ke depan, yang penting
kerja keras dan bersyukur,” ucapnya.
Beberapa siswanya kini telah bekerja di pelbagai pe-
rusahaan besar. Dia pun sempat diajak bertemu dengan
beberapa siswa tersebut. has
Kepala sekolah SMK Negeri 29 Jakarta, Asep Supriatna, menunjukan keahlian bermain engrang bersama siswa yang tengah berlatih di lapangan sekolah.
40 Media Jaya Edisi 6 2019