Page 47 - MJ EDISI 4 2019
P. 47
REHAT
la Rumah Candra Naya
menyediakan pramu-
wisata yang bisa Rumah 14 Istri
menjelaskan detail
sejarahnya. “Jadi, dan 24 Putra
ceritanya lengkap
dari narasumber ingga saat ini siapa yang membangun
yang bisa diper- Rumah Candra Naya masih misteri. Apa
caya. Apalagi, ban- HKhouw Tjeng Tjoan atau ayahnya, Khouw
yak Huruf-Huruf Man- Tian Sek. Data arsiteknya pun tidak ditemukan.
darin yang ingin saya Yang pasti, bangunan utama berfungsi sebagai
ketahui,” kata gadis ketu- kantor Khouw Tjeng Tjoan. Sedangkan bangunan
runan Tionghoa ini. bagian belakang digunakan untuk keluarga be-
Begitu pula pengunjung sarnya dengan 14 istri dan 24 putra-putri ini.
lainnya, Peter Alexander dari Setelah Khouw Tjeng Tjoan wafat pada 1880an,
Amerika Serikat yang datang ber- Rumah Candra Naya diwariskan kepada anak kesay-
sama tunangannya, Monica Smith angannya, Khouw Kim An. Diyakini Khouw Kim An
yang juga penasaran dengan ban- baru menempatinya pada 1934, karena sebelum-
yaknya huruf Mandarin di Rumah nya yang ia tinggal di Bogor, Jawa Barat.
Candra Naya. Khouw Kim An kelahiran Batavia, 5 Juni 1879
“Sayang, tidak ada terjemah- ini mengeyam pendidikan di sekolah Hokkian,
annya dalam Bahasa Inggris. Kami namun fasih berbahasa Belanda. Khouw Kim An
orang asing juga ingin mengetahui pun terpandang dan disegani.Dia pernah diganjar
apa saja maknanya. Ditambah lagi, penghargaan oleh Pemerintah Belanda atas jasan-
tidak ada pramuwisata atau pen- ya kepada masyarakat lokal.
gelola yang bisa menjelaskannya,” Pada 1905, Khouw Kim An diberi pangkat lieu-
sergah Peter yang tengah duduk- tenant oleh pemerintah Belanda. Menyusul 3 tahun
duduk menikmati kolam ikan di ter- kemudian, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwe Kwan
as belakang. Jakarta ini dipromosikan menjadi seorang kapitein.
Sebagai informasi, Candra Puncaknya, sang menantu Poa Keng Hek ini diang-
Naya terbuka untuk umum se- kat menjadi major pada 1910. Lantaran pangkatnya
tiap hari, pukul 08.30-17.30 WIB. ini masyarakat menyebut bangunan di Jalan Gad-
Pengunjungnya tidak dipungut jah Mada Nomor 188 sebagai rumah mayor.
bayaran sepeser pun. Syaratnya, Setelah Jepang mendarat di Tanah Jawa pada
tidak makan dan minum di dalam 1942, Khouw Kim An ditawan dan meninggal ke-
areal. Dilarang merokok di dalam tika berada di kamp konsentrasi pada 13 Februari
bangunan. Jika ingin memotret 1945. Jasadnya kemudian dimakamkan di dekat
dengan kamera resolusi tinggi wa- kompleks pemakaman keluarga Khouw di Jati Pet-
jib minta izin kepada pengelolan- amburan, Jakarta Barat.
ya. Pada 1992, Rumah Candra Naya dijual ke Mod-
“Kalau pengunjung ingin ambil ern Group milik taipan Samadikun Hartono yang
foto dengan kamera hp seh boleh- akan merelokasinya ke Taman Mini Indonesia In-
boleh saja,” kata salah satu petu- dah. Namun Gubernur DKI Jakarta, itu Sutiyoso dan
gas jaga, Harjito. pecinta bangunan tua menentangnya.
Harjito yang bertugas se- Akhirnya pada 2012, gedung utama Candra
jak 2012 ini mengaku awal-awal Naya batal direlokasi dan menjadi bagian dari
bekerja suka merinding sendiri. kompleks hunian dan komersial terpadu, Green
“Maklum, bangunan tua ber- Central City hotel. yen
sejarah. Kadang menjelang
magrib, sesekali saya merin-
ding. Mungkin sugesti,” ser-
gahnya.
yen
Halaman samping rumah Candra Naya bergaya Tionghoa terdapat kedai kopi
yang berada di kawasan Jalan Gajah Mada Nomor 188, Jakarta Barat.
Media Jaya Edisi 4 2019 47