Page 17 - Mediajaya Edisi 1 Tahun 2020
P. 17
MEDIA JAYA EDISI | 01 2020
Jejak Banjir di Batavia
Tahun 1621 : Menjadi banjir pertama di masa kepemimpinan Jenderal Jan Pieterszoon
Coen. Pembangunan fisik kota Batavia sempat terhenti akibat genangan air di seluruh
wilayah Kota.
Banjir 1654 : Menjadi banjir ke dua di masa kekuasaan Kompeni Belanda. Saat itu
Batavia dipimpin Gubernur Joan Maetsuycker. Dampak banjir, kawasan Kota Tua
tergenang lebih dari tiga pekan.
Banjir 1872 : Banjir melanda persis di awal kekuasaan Gubernur Jenderal James Louden
dan melumpuhkan kawasan Harmoni dan sekitarnya yang dianggap elit saat itu.
Banjir 1893 : Banjir melumpuhkan denyut kehidupan di Batavia hampir sebulan
lamanya.Saat itu, Batavia dipimpin Gubernur Jenderal Carel HA Van der Wijck.
Banjir 1909 : Banjir dipicu hujan terus menerus selama
lebih dari sepekan. Batavia lumpuh total dan
pemerintah Hindia Belanda kemudian merancang
Bendung Katulampa untuk mengendalikan
banjir dari hulu
Banjir 1918 : Menjadi banjir terbesar dan
terparah. Tidak hanya sarana fisik, banjir juga
menimbulkan wabah penyakit.
Banjir 1932 : Menjadi banjir besar di
Batavia sebelum kemerdekaan
Indonesia.Hampir sepekan banjir merendam
kota Batavia yang penduduknya sedang
menjalankan ibadah bulan Suci Ramadhan.
17
Infografis/Fandy A
dipenuh sampah. kan sluisbrug (pintu air) di depan Mas- galami penurunan.
Sejak pembangunannya, banjir jid Istiqlal saat ini, jebol. Kawasan Ga- “Jakarta itu daerah rendah.
pun sudah menjadi ancaman nyata jah Mada, Hayam Wuruk, Harmoni Kurang lebih 40 persenya berada di
bagi kota berjuluk “Ratu Dari Timur” tenggelam. bawah permukaan laut. Jakarta juga
ini. Bahkan hingga Batavia sudah Pada 1895 Pemerintah Hindia Be- ada penurunan tanah ,” kata Muham-
berubah nama menjadi Jakarta. Seti- landa merancang desain besar untuk mad Fakhrudin, Peneliti Limnologi,
daknya ada 66 Gubernur Jenderal mengatasi banjir, mencakup pem- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone-
Hindia Belanda, tiga wali kota dan 13 bangunan menyeluruh dari daerah sia (LIPI) beberapa waktu lalu.
gubernur, tapi banjir belum sekalipun hulu di kawasan puncak hingga hilir Selain daerah cekungan, secara
beranjak dari Jakarta. , estuari di Jakarta Utara. geomorfologi Jakarta juga merupakan
Sejak masih Kerajaan Tarumaneg- Banjir besar juga pernah terjadi di dataran banjir (flood plain), yakni dae-
ara, Jakarta memang sudah rawan Jakarta pada 1932. Hujan dengan in- rah yang terbentuk akibat proses sed-
banjir. Peristiwa belasan abad lalu itu tensitas 150 mm/hari pada 9 dan 10 imentasi saat terjadi banjir. Dataran
setidaknya terekam dalam Prasasti Januari 1932 itu, memaksa warga di banjir umumnya berada di sekitar ali-
Tugu di Jakarta Utara dan kini tersim- Jalan Sabang dan sekitarnya tinggal di ran sungai yang berkelok-kelok (me-
pan di Museum Sejarah Jakarta. atap-atap rumah. andering) atau pada titik pertemuan
Prasasti itu menyebutkan, Raja Pur- anak sungai dengan aliran sungai uta-
nawarman yang memimpin kerajaan Cekungan Banjir ma.
saat itu pernah menggali Kali Chandra- Keberadaan 13 aliran sungai yang
bagha (Bekasi) dan Kali Gomati ( Kali Secara geologis, Jakarta meru- melintasi Kota Jakarta membuat da-
Mati di Tanggerang) sepanjang 12 kilo- pakan cekungan banjir. Cekungan ini taran banjir yang tersebar di wilayah
meter untuk mengatasi banjir. terbentuk dari tanah sedimen muda ini cukup banyak. “Jadi cukup bisa
Dikutip dari sejumlah sumber, yang sangat tebal tetapi belum ter- dimaklumi bahwa potensi banjir di
banjir paling besar di Batavia terjadi konsolidasi. Akibatnya, secara geolo- wilayah DKI Jakarta memang sangat
pada 1872. Banjir tersebut menyebab- gis, tanah di Jakarta perlahan men- tinggi,” ujar Fakhrudin. nis