Page 24 - JaKita Edisi 10 Tahun 2021
P. 24
24
24 KOLOM
SEKALI LAGI:
INTEGRASI
iang itu saya berkereta dari Stasiun Integrasi transportasi ini merupakan kolaborasi
Pondok Cina, Depok menuju Stasiun Cikini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti
SJakarta Pusat. Namun, kawan dari luar TransJakarta, MRT, serta LRT dengan Badan Usaha
kota yang minta ditemani ke Lembaga Biologi Milik Negara (BUMN) Kereta Api Indonesia (KAI).
Molekuler Eijkman di kompleks Rumah Sakit Cipto Saya yang sehari-hari menggunakan kereta
Mangunkusumo tiba-tiba membatalkan janjinya. Commuter Line dari Depok ke Jakarta pulang
Saya memandang keluar jendela kereta yang pergi, merasa gembira sekali ke mana-mana di
sedang berhenti di Stasiun Manggarai, Jakarta Ibu Kota kelak cukup dengan satu kartu: JakLingko.
Selatan. Saya baru sadar sedang berada di Apalagi tarifnya relatif murah dan bisa untuk
atas bangunan baru stasiun. Karena penasaran, membayar berbagai moda transportasi, dari
saya pun memutuskan turun kereta. Begitu turun MRT, LRT, Transjakarta, Commuter Line, sampai
dari eskalator, mata saya hampir tak percaya. Mikrotrans. Makanya, saya agak heran membaca
“Ini Stasiun Manggarai atau Changi Airport komentar seorang pengamat di sebuah situs
di Singapura?” tanya saya dalam hati. Begitu berita online milik sebuah grup media besar. Ia
nyaman, modern, dan bersih. Mendadak terlintas yang lulusan pascasarjana di Amerika Serikat
dalam benak saya, foto Jenderal Soedirman yang menuding Pemprov DKI ingin menguasai seluruh
turun di Stasiun Manggarai pada 11 November 1946, perusahaan moda transportasi di Jakarta,
setelah sempat dicegat tentara Inggris di Stasiun termasuk sumber daya manusianya. Tuduhan
Kranji dalam perjalanannya dari Yogyakarta. yang diberitakan secara tidak berimbang, tanpa
Sesudah 107 tahun dibangun penjajah Belanda, mewawancarai otoritas berwenang di Balai Kota.
stasiun ini akhirnya bersalin rupa.
Saya menyarankan pengamat tersebut sebaiknya
Bersama Stasiun Tebet, Palmerah, Gondangdia, mencoba naik transportasi publik keliling Jakarta.
serta Jakarta Kota, Stasiun Manggarai Cobalah naik kereta, bus Transjakarta, MRT, LRT,
direvitalisasi usai penataan Stasiun Senen, Tanah atau angkot Mikrotrans. Jangan mengkritik tanpa
Abang, Juanda, dan Sudirman. Sebuah langkah menyelami apa yang sebenarnya dirasakan wong
besar yang mengubah wajah transportasi cilik seperti saya. Jauhlah apa yang saya alami
publik di Ibu Kota. Integrasi sekali lagi menjadi sekitar seperempat abad lalu, sewaktu naik kereta
kata kunci. Bukan hanya infrastruktur stasiun Jabodetabek, Kopaja, Metro Mini, maupun mikrolet
yang dibangun, tapi juga konektivitas di yang ngetem atau ngebut seenaknya. Saya
antara berbagai moda transportasi dan sistem teringat keprihatinan mendiang Jakob Oetama
pembayaran. Halte bus Transjakarta, tempat yang membangun Koran Kompas dari sebuah
berhenti angkot Mikrotrans, ojek online, serta rumah berhawa panas di Jalan Kramat, “Yang
bajaj ditata. Uji coba pembayaran dengan kartu hilang dari bangsa ini trust, rasa saling percaya.”
atau aplikasi JakLingko sudah dilakukan, sebelum Bayangkan, saat Tranjakarta Cares yang melayani
digunakan buat penumpang umum. Tarifnya pun penyandang disabilitas diluncurkan, sebuah
relatif terjangkau, hanya Rp 5.000 untuk menaiki komentar sinis di media sosial terbaca mata saya,
beberapa moda transportasi dalam waktu tiga “Sudah enggak sanggup lagi ya ngurus orang
jam. Seorang sahabat mengacungkan dua normal, sampai harus ngurus orang cacat?” Saya
jempol ketika menjajal angkot dengan taping yang ayah seorang anak autis menangis.
gratis JakLingko. “Gitu dong, itu baru prorakyat!” Ramdan Malik
EDISI 10
EDISI 10 TAHUN 2021TAHUN 2021
Sarana Informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Sarana Informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta